Sunday, December 19, 2010

Mempertanggung jawabkn amanah

Mempertanggungjawabkan Amanah“ Al Quran nul karim menjelaskan bahwa segi kezaliman dan kebodohan yang sering diperbuat manusia adalah mau menerima bahkan mencari dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk mendapatkan tugas/amanah,tetapi setelah didapat tidak mau melaksanakanya atau menunaikanya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.
 
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Qs Al Ahzab-72.“ Sesungguhnya kami pikulkan amanah kepada langit dan bumi dan gunung-gunung semuanya enggan memikulnya dan rasa khawatir akan kesanggupanya dan diterima oleh manusia, sayang manusia itu zalim dan jahil”. Firman Allah diatas menjelaskan betapa manusia itu telah diberikan kepercayaan untuk menerima amanah dari Allah Swt, yang masing-masingnya sudah menurut ukuran,kekuatan dan kedudukannya ditengah-tengah kehidupan dimuka bumi ini.
 
Memikul amanah yang harus dipenuhi dan dipelihara untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan. Diakhir surat Al Ahzab ayat 72 diatas Allah juga mensinyalir dengan sindiran yang pedas dan tegas “Inahukanazalummamjahullam” Sesungguhnya manusia itu adalah zalim (aniaya) dan jahil (bodoh). Zalim, berarti meletakkan sesuatu sering tidak pada tempatnya,dengan kata lain suka menyelewengkan sesuatu dari ketentuan yang semestinya. Sedangkan jahil artinya,tidak mengerti sama sekali dan tidak mau mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan,dan untuk apa sesuatu itu dipergunakan atau dalam kalimat umumnya berarti bodoh,malas serta tidak mau untuk memahami sesuatu dengan serius.
 
Kesimpulan yang dapat kita petik dari firman Allah diatas adalah bahwa amanah dipikulkan kepada manusia untuk dipelihara,dipenuhi dan seterusnya dipertanggungjawabkan. Namun,kata Allah ada dua kelompok manusia yang tidak mau mempertanggungjawabkan amanah tersebut dialah kelompok atau golongan manusia zalim dan jahil dan sampai akhir duniapun kelompok atau golongan ini tidak akan pernah hilang kecuali Allah yang mengkehendakinya.
 
Betapa beratnya sangsi amanah ini,serta beratnya akibat yang akan ditimbulkan kepada manusia yang suka mensia-siakannya. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud R.a Rasulullah Saw pernah bersabda perihal amanah ini “ Terbunuh mati dalam perang fi sabilillah menghapuskan segala dosa kecuali dosa yang tidak memelihara amanah. Dihadapkan manusia kehadapan Allah di hari kemudian walaupun ia mati shahid fi sabilillah,maka diperintahkan kepadanya “bayarkanlah amanah yang diserahkan kepadamu” Dia menjawab yaa tuhanku bagaimana lagi kami menunaikannya karena kehidupan dunia telah berlalu. “Maka diperintahkan turunkanlah dia kedalam neraka” selanjutnya beliau meneruskan “ Dinampakan kepadanya amanah itu kembali seperti pada hari diserahkan padanya dulu maka, dilihat dan dikenalnya,dia turun untuk mendapatkannya kembali dan dipikulkan setengah diatas pundaknya sehingga dia telah mengira bahwa dia telah sampai kembali keluar membawa amanah itu,maka amanah itu jatuh dari pikulannya dikejarnya kembali. Demikian dia lakukan terus menerus untuk selama-lamanya.
 
 Imam Muhammad Abduh menerangkan bahwa amanah itu adalah hasrat manusia untuk menunaikan kewajibannya dengan sempurna dalam tugas dan pekerjaan yang diserahkan padanya. Maka,setiap pribadi adalah pemegang  amanah ,amanah terhadap diri sendiri, sebagai hamba Allah,dimana manusia diciptakan dengan tugas langsung yaitu menghambakan diri kepada Allah Swt. Setiap diri menerima amanah untuk memelihara diri dan fungsinya sebagai makhluk tuhan,dimana kelak di hari berbangkit diapun harus mempertanggungjawabkan kemana setiap anggota tubuhnya dipergunakan. Selanjutnya setiap diri adalah anggota masyarakat sebagai makhluk sosial,makhluk yang hidupnya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya.  Apakah dirinya sebagai anggota masyarakat tsb sudah memenuhi fungsinya dengan menjalankan amanah  dengan baik dan benar ?. Sebagaimana yang telah dipesankan Rasulullah Saw bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling berguna dan bermanfaat kepada sesama manusia. Setiap diri pasti menerima amanah tersebut,amanah terhadap keluarga sebagai ayah,sebagai ibu maupun sebagai anak masing-masing berkewajiban terhadap yang lain,kewajiban itulah yang dinamakan amanah. Apakah kewajiban atau amanah tersebut sudah kita pertanggungjawabkan atau belum. Demikian pula dengan tugas-tugas khusus ditengah masyarakat,sebagai ulama,cendikiawan,pemimpin dan pemuka masyarakat,pejabat dan pembesar dalam pemerintah negara, saudagar yang menyalurkan kebutuhan untuk orang banyak dsb,semuanya adalah pemegang amanah sesuai dengan bidang, tugas, dan fungsinya masing-masing.
Rasulullah Saw bersabda “ Setiap kamu adalah pengembala dan setiap kamu akan ditanya dan harus mempertanggungjawabkan pengembalaanya. Pemimpin dan pembesar adalah pengembala,akan diminta pertanggungjawabanya tentang gembalaanya,laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya dia harus mempertanggungjawabkan gembalaanya ,wanita adalah pengembala dalam rumah tangga suaminya,dan dia harus mempertanggungjawabkannya pula, sampai pada pembantu rumah tanggapun adalah pengembala terhadap harta majikanya diapun harus bertanggungjawab penuh dalam gembalannya itu”. ( HR. Bukhari dari Ibnu Umar, Muslim dari Anas bin Malik ). Kalimat pengembala dalam hadis Beliau Saw diatas adalah sipenerima amanah dari Allah Swt. Dalam artian yang mendalam Imam Muhammad Abduh mengatakan bahwa memelihara amanah itu adalah memelihara hak yaitu, hak Allah sebagai pemberi dan hak-hak manusia sebagai pengemban. Hak, adalah sesuatu yang harus ditunaikan,hak Allah pada manusia adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh manusia terhadap Allah,dan hak manusia atau hak hamba Allah adalah sesuatu yang harus diterimanya dari orang lain dan harus ditunaikan oleh orang lain kepadanya. Kedua hak itulah yang di sebut amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai dengan yang telah Allah firmankan dalam ayat Al Quran “Wahai manusia sekalian,janganlah kamu khianati Allah dan Rasul-Nya,dan janganlah kamu khianati amanah yang diserahkan padamu padahal kamu mengetahuinya”.
Pada puncaknya Rasulullah Saw menegaskan bahwa betapa utamanya memelihara amanah ini untuk keselamatan hidup umat manusia. Dan pertanda kalau amanah itu tidak terpelihara lagi bahwa dunia akan mendekati akhirnya (kiamat). Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Ibnu Umar,suatu kali sesorang laki-laki bertanya pada Rasulullah Saw Bilakah datangnya hari kiamat itu ya Rasulullah ? Beliau Saw menjawab, bila amanah sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat itu datang, tanya laki-laki itu lagi,  apa maksud mensia-siakan amanah itu ? maka menjawab Rasulullah Saw “ Bila suatu pekerjaan sudah disandarkan atau diberikan kepada yang bukan ahlinya,tunggulah kiamat itu “. Didalam memahami sepotong hadis Rasulullah diatas maupun hadis-hadis beliau yang berkorelasi dengan kiamat,sebagai mukmin kita wajib mempercayainya bahkan kiamat itu akan datang  pada setiap diri manusia mungkin akan lebih awal sesuai dengan ajalnya masing-masing. Dan bila kiamat itu diartikan suatu kehancuran,memang kiamat kubra itu diawali dengan kehancuran yang setotal-totalnya. Maka,sebagai manusia yang sadar kita mengakui saat ini bahwa amanah itu tidak terpelihara lagi dan pekerjaan sudah banyak dipercayakan kepada yang bukan ahlinya dan hanya untuk mencari popularitas belaka. Kehancuran itu pasti akan datang bahkan di sebahagian daerah dinegeri ini sudah merasakannya dalam bentuk musibah dan bencana.
 
Beranjak dari berbagai macam musibah dan bencana yang datang silih berganti akhir-akhir ini,yang telah banyak menelan korban nyawa maupun materi yang kesemuanya adalah ulah dari manusia itu sendiri. Seperti yang dikatakan Allah Swt dalam Qs Ar Rum-41 “ Telah nampak kerusakan didaratan dan dilautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia,supaya Allah merasakan pada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali kejalan yang benar “ Begitu juga manusia sekarang, ini secara globalnya sudah banyak jauh dari Allah dan ajaran-Nya,melalaikan bahkan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya seakan sudah menjadi hal yang biasa,hidup berlebih-lebihan,boros (Hedonisme) seakan sudah menjadi tradisi dan budaya,tidak memperdulikan kaum lemah,sombong,takabur dsb bahkan kelestarian alampun sudah tidak terjaga lagi,hutan dibabat sekehendak hati yang memicu berbagai macam  bencana.
 
Yang sangat memprihatinkan kita semua adalah mereka-mereka yang tidak berbuatpun terkena imbas atas perlakuan mereka terhadap alam ini. Namun, bagi orang yang berilmu dan beriman berbagai bentuk kesulitan didalam mengarungi kehidupan ini susah maupun senang adalah suatu ujian keimanan guna meninggikan derajatnya dimata Allah,sekaligus sebagai penghapus dosa-dosanya. Bersabda Rasulullah Saw “ Tidak seorang muslimpun yang mengalami kelelahan,kepayahan,kesusahan atau penyakit bahkan penderitaan yang disebabkan hal yang terkecil sekalipun,melainkan kesemuanya itu menjadi penebus dosanya (HR. Bukhari & Muslim). Jadi,jalan yang harus ditempuh oleh setiap muslim/muslimah tiada lain adalah meningkatkan mendekatkan diri  pada Allah Swt serta selalu mengamalkan Al Quran dan Hadis Rasul.  Dengan memperhartikan dengan seksama ayat-ayat Allah dan hadis Rasul diatas dan untuk menyingkapi kenapa negeri ini tak sepi dari azab dalam bentuk musibah dan bencana dan kesulitan multidimensi lainya. Maka, sangat perlu sekali diadakan penelitian dan introspeksi kembali kepada diri kita masing-masing,baik sebagai anggota masyarakat,sebagai hamba Allah apalagi sebagai pejabat,petugas dan pemimpin yang merima amanah dari sesama manusia. Maka pertanggungjawabannya bukan hanya terhadap manusia yang memberikan kepercayaan akan tetapi akan lebih berat dan besar pertanggungjawanya dihadapan pengadilah Allah Aza Wajalla kelak. Allah hu A’llam.   

Friday, December 10, 2010

Keutamaan sholat tahajud

Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT.

Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)

Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .

Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)

Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )

Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh )

Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)

Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )

Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )

Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )

Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.

Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)

Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)

Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.

Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan
wawllahu a'lam